Jumat, 27 Februari 2015


Sejarah Penjajahan Agama Protestan

Pada tahun 1878 Nomensen berulang kali meminta kolonial Belanda agar selekasnya menaklukan Silindum menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda Dosen Universitas Hawai Manoa USA Prof Uli Kojo, yang sudah lama dikenal sebagai peneliti isu-isu kebatakan, mengungkapkan hasil penelitian sejarah bahwa ternyata Nomensen pembawa Agama Kristen Protestan ke wilayah tanah batak memiliki peran dalam menaklukan tanah batak menjadi wilayah yang di kuasai pemerintah kolonial belanda hal ini di katakan Prof Uli Kojok sepekan lalu di Medan seperti di kutip blog berita dari kantor berita antara.
Pemerintah belanda akhirnya mengabulkan permintaan nomensen sehingga terbentuk kualisi jending pemerintah kolonial belanda sangat sukses karena kedua belah pihak memiliki musuh yang sama yakni raja singa maha raja yang di ucap sebagai ”musuh bubuyutan”. Pemerintah belanda dan jending kristen.
Bersama-sama mereka untuk mematahkn perjuangan di singa mangaraja modern. Sementara pihak Jending di beakli pengetahuan adat istiadat dan bahasa batak toba berkata pengetahuan dan bahasa, pihak jending sangat sukses meyakinkan ratusan raja di tanah batak agar nenyerah.
Perang batak atau di kenal perang singa mangajraja pada tahun 1967 dengan tewasnya tokoh spiritual itu dan untuk selanjutnya penjajahan di tanah batak dimulai oleh pemerintah colonial belanda jelas prof. Uli Kojok.
Sementara menurut sejawaran Universitas Negeri Medan, Dr. Phil Ichwan Ajhari, ada pihak yang merasa kontro versi dalam perang tobat, satu yang terjadi 1878, yaitu perang antara penginjil dalam melakukan tanah batak dalam hubungan Singa Maharaja XII.
Hubungan Singa Maharaja Xll dengan jending menjadi persoalan peka karena sebagian orang batak memeluk agama Kristen dan menganggap Linomensen sebagai apostel atau rosul orang batak sedangkan singa mangraja XII di anggap sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pada 9 November 1961. yang menjadi pertanyaan adalah bagai mana kalau kedua pahlawan kalau keduaduanya dianggap sakral oleh orang batak itu kenyataan saling bermusuhan ”katanya”.
Selanjutnya pada tahun 1982 Dr. WB Sidjabal, menulis buku berjudul” Aku Sisinga Maharaja : arti hstoris, politik, ekonomi dan neligius” di mana si singa Maharaja Xll berusaha keras meluruskan dilemma itu dengan mendamaikan kedua tokoh sakral tersebut, dengna sangat jelasia memperlihatkan sikap Pro Jending, Pro Singa Mangaraja dan anti belanda, jelasnya dalam bukunya itu di jabarkan bahwa Belanda sebagai orang yang cerdik memiliki tangan kotor hendak memanfaatkan Nomensen menggunakan tindakan keganasan, mengadakan kegiatan ganas dan semuanya didorong oleh militer/keserakahan ekonomi militer dalam rangka penjajahan.
Pasal 14 ayat 24 taurot “ aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk mengenapinya, karena aku berkata kepadamu sesungguhnya sebelum lenyap langit dan bumi ini, satu ititkpun tidak akan ditindakan dari hukun taurot sebelum semuanya terjadi.
Karena itu siapa yang menindakan salah satu penitah hukum taurot ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan sorga.

Tidak ada komentar: