Sejarah Penjajahan Agama Protestan
Pada
tahun 1878 Nomensen berulang kali meminta kolonial Belanda agar
selekasnya menaklukan Silindum menjadi bagian dari wilayah Hindia
Belanda Dosen Universitas Hawai Manoa USA Prof Uli Kojo, yang sudah lama
dikenal sebagai peneliti isu-isu kebatakan, mengungkapkan hasil
penelitian sejarah bahwa ternyata Nomensen pembawa Agama Kristen
Protestan ke wilayah tanah batak memiliki peran dalam
menaklukan tanah batak menjadi wilayah yang di kuasai pemerintah
kolonial belanda hal ini di katakan Prof Uli Kojok sepekan lalu di Medan
seperti di kutip blog berita dari kantor berita antara.
Pemerintah
belanda akhirnya mengabulkan permintaan nomensen sehingga terbentuk
kualisi jending pemerintah kolonial belanda sangat sukses karena kedua
belah pihak memiliki musuh yang sama yakni raja singa maha raja yang di
ucap sebagai ”musuh bubuyutan”. Pemerintah belanda dan jending kristen.
Bersama-sama
mereka untuk mematahkn perjuangan di singa mangaraja modern. Sementara
pihak Jending di beakli pengetahuan adat istiadat dan bahasa batak toba
berkata pengetahuan dan bahasa, pihak jending sangat sukses meyakinkan
ratusan raja di tanah batak agar nenyerah.
Perang
batak atau di kenal perang singa mangajraja pada tahun 1967 dengan
tewasnya tokoh spiritual itu dan untuk selanjutnya penjajahan di tanah
batak dimulai oleh pemerintah colonial belanda jelas prof. Uli Kojok.
Sementara
menurut sejawaran Universitas Negeri Medan, Dr. Phil Ichwan Ajhari, ada
pihak yang merasa kontro versi dalam perang tobat, satu yang terjadi
1878, yaitu perang antara penginjil dalam melakukan tanah batak dalam
hubungan Singa Maharaja XII.
Hubungan
Singa Maharaja Xll dengan jending menjadi persoalan peka karena
sebagian orang batak memeluk agama Kristen dan menganggap Linomensen
sebagai apostel atau rosul orang batak sedangkan singa mangraja XII di
anggap sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pada 9 November 1961.
yang menjadi pertanyaan adalah bagai mana kalau kedua pahlawan kalau
keduaduanya dianggap sakral oleh orang batak itu kenyataan saling
bermusuhan ”katanya”.
Selanjutnya
pada tahun 1982 Dr. WB Sidjabal, menulis buku berjudul” Aku Sisinga
Maharaja : arti hstoris, politik, ekonomi dan neligius” di mana si singa
Maharaja Xll berusaha keras meluruskan dilemma itu dengan mendamaikan
kedua tokoh sakral tersebut, dengna sangat jelasia memperlihatkan sikap
Pro Jending, Pro Singa Mangaraja dan anti belanda, jelasnya dalam
bukunya itu di jabarkan bahwa Belanda sebagai orang yang cerdik memiliki
tangan kotor hendak memanfaatkan Nomensen menggunakan tindakan
keganasan, mengadakan kegiatan ganas dan semuanya didorong oleh
militer/keserakahan ekonomi militer dalam rangka penjajahan.
Pasal
14 ayat 24 taurot “ aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan
untuk mengenapinya, karena aku berkata kepadamu sesungguhnya sebelum
lenyap langit dan bumi ini, satu ititkpun tidak akan ditindakan dari
hukun taurot sebelum semuanya terjadi.
Karena
itu siapa yang menindakan salah satu penitah hukum taurot ia akan
menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan sorga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar