Pelajaran yang Lebih Penting daripada Ilmu Pengetahuan di Sekolah
- Dewasa ini banyak orang tua
berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah terbaik, yang
bahkan bertaraf internasional, dengan tujuan agar anak mereka
mendapatkan nilai akademis yang memuaskan, tidak peduli seberapa mahal
sekolah tersebut. Dan sejalan dengan itu, banyak sekolah yang menawarkan
metode pengajaran yang sangat canggih dan luar biasa,juga
kegiatan-kegiatan pendukung belajar mengajar yang beragam serta menyita
banyak waktu. Bahkan tak jarang seorang siswa SD baru sampai di rumah
dari sekolah hampir petang. Dan itu bisa selama 6 hari dalam seminggu.
Sebagai guru les privat, saya pernah membantu salah satu anak didik
saya membawa tasnya yang tergeletak di ruang tamu ke kamarnya, dan saya
kaget karena tas itu sangat berat bahkan untuk ukuran kekuatan orang
dewasa seperti saya. Dan ketika saya bertanya kepada ibunya apakah
setiap hari si anak tersebut harus membawa buku sebanyak itu, ibunya
mengiyakan. Dan itu baru tas sekolahnya, belum tas bekalnya karena dia
harus sekolah sampai sore, dan juga tas peralatan ekstrakulikulernya.
Dan tanpa bisa dicegah saya pun membayangkan bahwa anak tersebut pasti
rawan terkena sakit punggung ketika dia dewasa nanti, atau yang lebih
parah menjadi bungkuk. Bersyukurlah saya, karena di zaman saya SD dulu
saya tidak harus membawa peralatan sekolah sebanyak dan seberagam itu.
Tapi entah mengapa saya merasa bahwa perkembangan kemajuan pendidikan
formal anak-anak sekarang tidak diimbangi dengan kemajuan pengembangan
kepribadian dan tingkah laku mereka. Sering ketika saya naik angkutan
umum bersamaan dengan anak-anak sekolah, saya melihat bagaimana mereka
dengan tanpa rasa risi membuang sampah seenaknya di dalam angkutan umum
itu. Atau ketika saya sedang mengantri di minimarket, bagaimana dengan
seenaknya seorang anak menyerobot antrian. Tidak ada yang salah dengan
menjadi pintar, cerdas dan berilmu pengetahuan tinggi. Akan tetapi akan
jauh lebih baik jika hal itu diimbangi dengan sikap, tingkah laku dan
kepribadian yang baik. Tetapi bukan berarti juga bahwa anak- anak kita
harus mulai diikutkan sekolah kepribadian. Karena menurut saya, tidak
ada sekolah kepribadian di mana pun yang lebih efektif daripada sekolah
kepribadian bernama keluarga. Oh, saya percaya bahwa di sekolah-sekolah
mereka, anak-anak juga diajarkan tentang budi pekerti dan bertingkah
laku yang baik, tapi hal itu hanya sepersekian persen dibanding
keseluruhan pelajaran yang mereka terima. Berarti dengan kata lain,
adalah tanggung jawab orang tua untuk mengajarkan anak –anak mereka
“pelajaran” tentang bagaimana bersikap dan berperilaku dalam kehidupan
mereka.
Di sekolah mungkin anak-anak bisa menjadi sangat pintar berhitung,
termasuk memecahkan soal tentang pembagian. Tapi bagaiman dengan
pelajaran untuk saling berbagi dengan saudara dan teman? Itu diajarkan
di rumah oleh orang tua, baik melalui teladan maupun saat mereka
membiasakan anak berbagi dengan saudara dan teman bermainnya. Di sekolah
mungkin seorang anak bisa sangat jago dalam hal pengetahuan alam,
terutama tentang bumi dan lingkungan hidup. Tetapi itu bukan jaminan
bahwa anak ini akan melakukan hal sederhana dalam hal memelihara
lingkungannya seperti membuang sampah pada tempatnya. Itu tidak didapat
hanya dari sebuah pelajaran secanggih apa pun pelajaran itu. Membuang
sampah pada tempatnya adahal hal yang tumbuh karena teladan dan
kebiasaan yang lagi-lagi berasal dari sekolah paling dasar yaitu
keluarga. Begitu juga dengan anak-anak yang bisa saja mendapat nilai
tinggi di sekolah dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tetapi entah
mengapa dalam kesehariannya seringkali anak ini menggunakan kata-kata
makian yang kotor yang saya yakin tidak pernah masuk dalam kurikulum
pelajaran Bahasa Indonesia.
Adalah tanggung jawab penting orang tua untuk memastikan anak-anak
mereka menjadi anak-anak yang berkepribadian baik, sepenting memastikan
mereka mendapat pendidikan formal yang baik. Adalah tanggung jawab orang
tua untuk membiasakan anak membuang sampah pada tempatnya, untuk
belajar berbagi, untuk menjadi sabar dalam menunggu giliran alih-alih
menyerobot antrean. Adalah tanggung jawab orang tua dalam mengawasi
bagaimana anak-anak mereka bergaul, dan bertutur kata, serta memastikan
bahwa mereka belajar menghargai orang lain, terutama yang lebih tua dari
mereka. Adalah tanggung jawab orang tua mengajarkan anak-anak tentang
kepekaan untuk berbelas kasih, serta kebiasaan untuk memiliki tangan
yang ringan dalam membantu sesamanya. Masih banyak lagi tanggung jawab
orang tua dalam mengajarkan dan membiasakan anak-anak mereka pelajaran
yang saya yakin tidak didapat anak-anak di sekolah mana pun. Dan sebagai
orang tua, sangatlah salah jika kita melimpahkan semua tanggung jawab
itu kepada pihak lain, bahkan jika pihak itu adalah sekolah bertaraf
internasional yang paling canggih dan mahal sekali pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar